KisahInspiratif: Garam, Gelas Air, dan Danau. Dulu, ada seorang pemuda yang datang kepada gurunya yang sudah tua dan memberitahu gurunya itu bahwa ia mengalami kehidupa yang begitu menyedihkan dan meminta solusi pada gurunya itu.. Sang guru pun memerintahkan pemuda yang tidak bahagia ini untuk menaruh segenggam garam ke dalam segelas air lalu CaraMenyusun Cerita Inspiratif Tentang Botol Keluarga Cempaka. Orientasi. Rumah megah keluarga cempaka sedang berduka. Kepala keluarga mereka baru saja meninggal dunia pekan lalu menyusul permaisurinya yang telah pergi lebih dulu. Keempat anaknya sedang berkumpul di rumah itu untuk menunggu pembacaan wasiat yang ditinggalkan oleh sang Ayah. KumpulanCerita Motivasi Terbaik. Berikut kami membagikan beberapa cerita motivasi inspirasi terbaik yang dipilih khusus untuk menjadi bacaan singkat penuh arti yang bijak dan mengandung makna kehidupan sebagai refleksi untuk kita semua Cerita Motivasi - Patung Raja. Suatu ketika, hiduplah seorang pematung. Pematung ini, bekerja pada seorang raja yang masyhur dengan tanah kekuasaannya. CeritaInspiratif Singkat. 1. Lompatan Belalang. Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Baca Juga : 10 Contoh Teks Cerita Inspiratif Singkat dengan Struktur Lengkap. CeritaInspiratif Garam dan Air (Pak Tua dan Seorang Pemuda) Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua RelatedPosts To Cerita Inspiratif Judul Garam Dan Air Cerita Inspiratif Judul Garam Dan Air 2019-07-28T:00 Rating: 4.5 Posted by: yoeldicky Share to: CeritaInspiratif yang Singkat dan Penuh Hikmah. Banyak hikmah yang bisa kita ambil dari kedua cerita di atas. Keterbatasan fisik dan penyakit kanker memang hanya salah satu dari sekian banyaknya rintangan yang dihadapi manusia. Setiap manusia memiliki masalahnya masing-masing. Tapi jangan pernah lupa bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. CeritaInspiratif Singkat. Nin redjo, begitu ia sering dipanggil tetangganya, adalah seorang nenek tua yang ternyata masih akhir bergerak dan terlihat super. Pertemuan yang dilakukan antara menteri susi dan dato' salahuddin bin ayub tak lepas dari salah satu. Contoh Cerita Inspiratif Tentang Ibu Singkat Berbagai Contoh from inspirasi kehidupan singkat : Cerita TsNF. — Monday, 15 December 2014 — 2 Comments — cerita, kisah inspiratif Dulu, ada seorang pemuda yang datang kepada gurunya yang sudah tua dan memberitahu gurunya itu bahwa ia mengalami kehidupa yang begitu menyedihkan dan meminta solusi pada gurunya itu.. Sang guru pun memerintahkan pemuda yang tidak bahagia ini untuk menaruh segenggam garam ke dalam segelas air lalu meminta sang pemuda meminumnya. "Bagaimana rasanya?" tanya sang guru. "Tidak enak," jawab pemuda itu. Sang guru pun terkekeh, lalu meminta pemuda itu untuk mengambil segenggam garam lagi dan menaruhnya di danau. Keduanya berjalan tanpa kata menuju ke danau kemudian sang murid mengayunkan tangannya ke danau, menaburkan garamnya. Sang guru berkata, "Sekarang minumlah dari danau itu." Ketika air danau yang ia ambil dan telah ditelannya, sang guru bertanya, "Bagaimana rasanya?" "Enak!" jawab sang murid. "Apakah kau merasakan asinnya?" tanya sang guru. "Tidak" kata si pemuda. Sang guru pun duduk di samping pemuda yang menghadapi masalah kehidupan itu, meraih tangan sang pemua, dan berkata, "Sakitnya kehidupan adalah garam murni, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah rasa sakit dalam kehidupan tetap sama, sama persis. Tetapi jumlah rasa sakit yang kita rasakan tergantung pada wadah yang kita gunakan untuk menyimpannya. Jadi, ketika kau sedang terluka, satu-satunya hal yang bisa kau lakukan adalah memperbesar rasamu akan segala hal. Berhentilah menjadi gelas. Jadilah danau." Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu. “Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”. “Segar.”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda. Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. “Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.” Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.” Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa. Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan. sex movies white amateur gets railed. porn videos sexy men lucky for him he met the bukkake folks and got what he. xnxx hindi Seringkali untuk menyampaikan sebuah pesan, maka dibuatlah sebuah cerita yang menggunakan perumpamaan. Seperti cerita inspiratif garam dan air berikut ini yang akan kamu baca. Mengapa menggunakan sebuah perumpamaan? Bukankah jika ingin menyampaikan pesan, maka langsung saja disampaikan secara lugas? Terkadang orang akan menolak pesan ketika itu disampaikan secara langsung. Namun ketika membaca cerita yang di dalamnya mengandung pesan, dia pun akan lebih mengerti dan paham dengan maksud yang ingin disampaikan. Jadi bacalah cerita berikut ini ketika kamu sedang dalam masalah. Apapun masalahnya. Cerita Inspiratif Garam dan Air Pak Tua dan Seorang Pemuda Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya.”, ujar Pak tua itu. “Asin. Asin sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah ke samping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak Tua bertanya lagi, “Bagaimana rasanya?”. “Segar.”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda. Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.” “Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.” Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.” Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa. Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan. Cerita Inspiratif Garam dan Air Seorang Gadis dan Penolakan Seorang gadis cantik sedang termenung di teras rumahnya, dengan kedua tangan yang menopang dagunya di atas meja. Ia nampak murung dan sedih. “Anita, apa yang kamu lakukan?” tanya Bu Ena dari balik pagar rumahnya yang sudah rapuh. “Saya bingung Bu, sudah melamar pekerjaan ke sana ke sini tidak ada yang menerima saya, semuanya menolak,” jelasnya. “Mari sini, sekalian makan siang bareng Ibu,” ajaknya. Anita pun mengangguk, pertanda menerima tawaran itu, kemudian ia membantu Bu Ena masak untuk makan siang untuk anggota keluarganya. Bu Ena membawa gelas dan ember berisi air, “Anita, mendekat lah ke sini,” panggilnya, “lihat ini!” Bu Ena memasukkan satu sendok garam ke dalam gelas dan ember, “coba kamu rasakan!” pintanya. “Air di dalam gelas sangat asin, sedangkan di dalam ember tidak begitu asin, Bu,” jelas Anita. “Ini perumpamaan kamu dan masalahmu. Gelas dan ember menjelaskan dirimu, sedangkan garam adalah masalahmu.” “Maksudnya bagaimana, Bu,” Anita bingung. “Jika kamu menjadikan dirimu gelas, maka kamu menganggap garam itu sebagai masalah besar untukmu, sedangkan jika kamu menganggap kamu ember, dimana garam tidak bisa banyak merubah rasanya, kamu akan lebih semangat menjalani hidup karena tidak menganggap masalah yang kamu hadapi sebagai masalah besar,” jelasnya. Sebesar apapun masalahmu, asal kamu yakin dan kuat dalam menjalaninya, itu tidak akan membuatmu terpuruk, justru harusnya bisa membuat kamu lebih desawa. Ingat! Sebesar apapun masalahmu, masih ada Tuhan yang maha besar siap membantumu. Inti dari kedua cerita di atas tentang garam dan air pada dasarnya sama, yaitu masalah yang kamu hadapi tergantung darimana kamu menyikapinya. Apakah kamu akan menjadi gelas? Atau kah telaga/ember? Masalah akan selalu ada dalam hidup kita. Namun jangan cemaskan itu karena kamu memiliki hati. Hati adalah wadah yang seperti telaga atau ember. Hati yang luas dan lapang lebih bisa menerima keadaan. Sehingga hatimu lah yang bisa mengubah masalahmu menjadi kebahagiaan. Semoga kedua cerita inspiratif garam dan air di atas mampu membantumu melihat masalah yang kini sedang kamu hadapi.